Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Provinsi Jawa Barat dan Banten, melakukan kunjungan dan pembinaan pengembangan karir dosen STKIP Arrahmaniyah Kota Depok, pada Jumat (17/1).

Tampak hadir Kepala LLDIKTI Wilayah IV Provinsi Jabar dan Banten, Profesor H Usman Suherman.

Kepala STKIP Arrahmaniyah Kota Depok, Memed Karmedi menyebutkan, jumlah dosen yang mengikuti pembinaan tersebut ada 74 orang. Dengan rincian 62 orang S-2, dan 12 orang S-3. Para dosen tersebut mengajar di empat program studi.

“Yaitu PGSD, Pendidikan Biologi, PPKn, dan Pascasarjana (S-2) PPKn. Ini dengan jumlah dosen tersebut masih dirasakan kurang, idealnya bisa mencapai dua kali lipat jumlah itu. Karena mahasiswa STKIP Arrahmaniyah mencapai 3.223 orang,” ungkap Memed kepada Radar Depok, Jumat(17/1).

Program LLDIKTI Wilayah IV Provinsi Jabar dan Banten ini juga akan mengunjungi sekitar 479 perguruan tinggi. Pembinaan meliputi kinerja dosen. Misalnya dosen harus mengacu pada kurikulum yang ada.

“Kalau mau mengajar dibuatkan Rencana Program Studi, kemudian dosen itu harus punya Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Jika ada yang belum punya NIDN segera diurus, kemudian berkewajiban mengurus jenjang kepangkatan akademik,” tegas Memed.

Senada, Sekretaris Umum Yayasan YPI Arrahmaniyah, Mohamad Abduh mengatakan, sebelumnya kegiatan dibuka oleh Ketua Yayasan KH Abudin Shomad, dan ada pengenalan profil STKIP Arrahmaniyah yang disampaikan Ketua STKIP.

Abduh menilai, ada beberapa poin penting dari pembinaan dosen ini. Di antaranya bahwa dosen itu harus memberikan jaminan keberhasilan mahasiswa.

“Ke depan menjadi orang baik dan sukses, salah satunya melalui pendidikan tinggi. Peran dosen perannya begitu besar bagi dunia pendidikan termasuk di perguruan tinggi,” tutur Abduh kepada Radar Depok.

Kemudian dosen juga harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh layanan Dikti. Dengan aturan dosen itu minimal harus S-2. “Dan wajib menempuh S-3, serta punya jenjang kepangkatan, dan Nidom,” harap Abduh.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Kegiatan Mohamad Sutisna menuturkan, selain pembinaan dosen disampaikan juga materi tata kelola perguruan tinggi. Karena perguruan tinggi itu perlu berbasis daya serap. Ia menilai, bukan hanya gedung dan banyaknya dosen, melainkan seberapa banyak mahasiswa lulusannya terserap masyarakat.

“Artinya terserap masyarakat umum, dan industri. Itu salah satu contohnya. Kemudian bagaimana dosen mendesain maindset mahasiswa agar bisa berhasil. Pada prinsipnya, bagaimana kita membuat mahasiswa itu agar bisa lebih baik dari kita sebagai dosen,” pungkasnya.

Leave a Reply

"Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah” - Ki Hajar Dewantara -